top of page
Search

Srikandi masa kini?

womenforindonesia

Updated: May 29, 2020

Kemajuan suatu peradaban tidak terlepas dari adanya peran pendidikan atau upaya untuk mengentaskan “ketidaktahuan”. Pada era sebelum munculnya para feminis atau aktivis pejuang hak-hak wanita, pendidikan bagi perempuan masih dianggap tabu dan menjadi hal yang tidak diperhitungkan karena pada saat itu pendidikan hanya diperuntukkan bagi kaum pria saja. Perempuan tidak memiliki privilage selain hanya untuk mengurus urusan rumah. Lahirnya tokoh revolusioner feminis dari berbagai belahan dunia perlahan menginspirasi kaum wanita dalam menempati posisi-posisi strategis untuk menciptakan suatu perubahan dalam tatanan masyarakat terutama dalam hal pendidikan bagi perempuan.



Pendidikan bagi kaum hawa tidak hanya untuk kepentingan sosial masyarakat melainkan juga sebagai bekal seorang ibu dalam memberikan edukasi di tingkat pertama yaitu untuk anak-anak dalam sebuah keluarga.

Sejak para aktivis sosial maupun feminis lahir untuk penyetaraan hak perempuan dalam pendidikan maka saat ini sudah banyak wanita yang mengecap pendidikan tinggi meskipun ada beberapa daerah yang belum bisa merasakannya dan tentunya masih memperjuangkannya. Tetapi yang pasti setiap individu berhak mendapatkan pendidikan yang layak tanpa memandang gender sebagai batasnya. Pendidikan bagi kaum hawa tidak hanya untuk kepentingan sosial masyarakat belaka melainkan juga sebagai bekal seorang ibu dalam memberikan edukasi di tingkat pertama yaitu keluarga. Raden Ajeng Kartini sebagaimana yang kita ketahui bersama adalah salah satu tokoh emansipasi wanita sekaligus pahlawan nasional yang amat termasyhur di Indonesia. Namun ternyata masih banyak lagi tokoh tokoh penting yang jarang terdengar namun sama sama pernah berjuang untuk kaum perempuan terutama dalam memperjuangkan hak untuk mendapatkan pendidikan. Siti Walidah atau juga dikenal Nyai Ahmad Dahlan yang tidak lain tidak bukan merupakan istri dari KH Ahmad Dahlan (Pendiri Organisasi Muhammadiyah).[1]. Nama perempuan ini dalam pergerakan emansipasi perempuan, tidaklah disebut di masa awal seperti RA. Kartini atau Dewi Sartika. Namun, di tangan Walidah, sebuah organisasi perempuan islam bisa berkembang pesat dan bertahan hingga masa kini. Riwayat hidup Siti Walidah juga tidak kalah menginspirasi dan patut untuk diteladani.


Siti Walidah lahir di Kampung Kauman, Yogyakarta pada tahun 1872. Siti Walidah adalah putri dari Kyai Penghulu Haji Muhammad Fadli bin Penghulu Haji Ibrahim bin Kyai Muhammad Hassan Pengkol bin Kyai Muhammad ‘Ali Ngraden Pengkol. Hingga usia remaja beliau tidak pernah mendapatkan pendidikan umum yang pada saat itu hanya bisa dinikmati oleh kaum lelaki saja. Sistem pendidikan pada zaman tersebut berada dibawah Pemerintah Kolonial Belanda.[1]. Namun hal tersebut tidak menutup Siti Walidah untuk bisa memperoleh ilmu pengetahuan apapun.Walidah merupakan sosok perempuan cerdas dan memiliki kemampuan berdakwah sejak kecil. Beliau gemar belajar ilmu agama dari para pendidik yang ada disekitar Kampung Kauman. Sejak itu pula Siti Walidah memiliki pandangan bahwa pendidikan sesungguhnya untuk semua kalangan tidak memandang perempuan dan laki laki ataupun strata sosial yang dimiliki.


Pandangan bahwa pendidikan sesungguhnya untuk semua kalangan tidak memandang perempuan dan laki laki ataupun strata sosial yang dimiliki. Siti Walidah kemudian menikah pada tahun 1889 dengan Muhammad Darwis atau yang kini dikenal K.H Ahmad Dahlan seorang ahli Ilmu Agama yang telah banyak belajar hingga kepada pemimpin organisasi Islam di Dunia. Tidak heran jika keilmuan Siti Walidah pun kemudian kian meningkat berkat pengaruh dari suaminya.[2]. Perjuangan Siti Walidah dimulai ketika beliau melihat bagaimana saat itu wanita – wanita di kampung Kauman tidak diperkenankan keluar rumah dan hanya boleh mengurusi urusan yang di rumah saja. Bersama dengan suaminya ia kemudian membuat gagasan bahwa pendidikan untuk laki laki dan perempuan adalah sama atau setara. Mereka juga menganggap bahwa dengan diberikannya pendidikan kepada kaum perempuan dapat menjadi bekal seorang ibu yang akan mendidik dan mengarahkan anak – anaknya.[3].


Perhatian Siti Walidah terhadap isu-isu perempuan sangat besar, ia mulai merintis kelompok pengajian Sopo Tresno (Siapa Cinta) pada 1914, dua tahun pasca pendirian Muhammadiyah. Upaya yang dilakukan adalah pemberdayaan terhadap perempuan melalui pengajian keagamaan, belajar mengaji, membaca, menulis, bahkan mempelajari keterampilan seperti mejahit, menyulam dan membatik. Perkumpulan ini mampu menghimpun perempuan dari berbagai kalangan.Sopo Tresno pun berkembang sangat pesat sehingga pada 21 April 1917 perkumpulan ini resmi berganti menjadi sebuah organisasi yang bernama Aisyiah yang diketuai oleh Siti Walidah sendiri.Aisyiah kemudian tidak hanya menjadi organisasi yang bergerak di bidang pendidikan saja, namun juga dalam kesehatan, kesejahteraan sosial, dan pemberdayaan masyarakat.Melalui organisasi ini derajat kaum perempuan mulai terangkat.Mereka menjadi lebih mengerti status mereka sebagai seorang istri dan sebagai seorang ibu di dalam keluarga. Selain Siti Walidah juga juga menentang adanya praktik kawin paksa.[3]

Sejak berdirianya Aisyiah Siti Walidah bersama dengan organisasi yang dibangunnya ini telah banyak memberikan banyak kontribusi yang layak diperhitungkan seperti :

1. Tahun 1919 ‘Aisyiah mendirikan sekolah taman anak-anak pertama di Indonesia dengan nama FROBEL;

2. Tahun 1923 ‘Aisyiah membuat program memberantasan buta huruf pertama di Indonesia, baik huruf Arab maupun huruf Latin;

3. Tahun 1926 menerbitkan majalah dengan nama Suara ‘Aisyiah;

4. Tahun 1928 bersama perkumpulan kaum wanita lainnya, ‘Aisyiah memelopori Kongres Wanita Pertama di Indonesia;

5. Mendirikan musala perempuan;

6. Mendirikan sekolah dasar untuk perempuan dengan nama Volk School (sekolah dasar tiga tahun);

7. Mendirikan asrama putri/perempuan;

8. Menyantuni fakir miskin dan yatim piatu untuk kaum perempuan;

9. Memberikan pendidikan keagamaan bagi para buruh batik;

10. Meningkatkan pengetahuan dan mendorong partisipasi perempuan dalam dunia publik.[1].


Aisyiah terus berkembang sampai kemasa Kemerdekaan 1945.Siti Walidah bahkan dimintai nasihat oleh Presiden Soekarno dan Panglima Besar Jenderal Soedirman dalam mempertahankan kemerdekaan dari Agresi Militer Belanda.[4] Siti Walidah tutup usia pada 13Mei 1946 di usianya yang ke 72 tahun. Atas jasa-jasa yang telah dilakukan oleh Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan, Pemerintah Republik Indonesia, berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 41 042/TK/Tahun 1971, tanggal 22 September 1971, mengangkat beliau sebagai Pahlawan Nasional.[1] Seiring dengan perkembangan zaman, kini organisasi Aisyiah terus berkembang hingga ke seluruh Indonesia melalui usaha amalnya dalam rangka mewuwujudkan kemerdekaan Indonesia yang sesungguhnya. [5]Sejatinya manusia dilahirkan dengan hak yang sama. Hak untuk hidup, hak berpendapat, hak mendapatkan pendidikan, dan hak – hak lainnya. Oleh kerena itu sudah sepatutnya kita memperjuangkan apa yang sepatutnya kita dapatkan dan juga melanjutkan perjuangan para srikandi pelopor pendidikan Indonesia yang telah susah payah memperjuangkan hak – hak perempuan khususnya di Indonesia. Hai kamu perempuan mari bersatu dalam karya pendidikan dan berjuang demi kesetaraan.

 

[1]Nihwan, Lilis . 2018. Siti Walidah Ibu Bangsa Indonesia. Jakarta Timur. Badan Pengembangan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dilansir dari http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Siti%20Walidah-Lilis%20Nihwan-Final.pdf (Diakses pada Selasa, 10 April 2020 ).


[2] Ardiyani, Dian. 2017. Konsep Pendidikan Perempuan Siti Walidah. Tajdida Vol. 15.


[3] Farhana, Dina. Siti Walidah. dari https://thisisgender.com/nyai-dahlan-pelopor-kesadaran-pendidikan-perempuan-jawa/ (Diakses pada Selasa, 10 April 2020 ).


[4] https://tirto.id/dda4 (Diakses pada Selasa, 10 April 2020 ).


[5] Nasution, H. dkk. Studi Analisis Pemikiran Siti Walidah (Nyai Ahmad Dahlan) dalam Pendidikan Perempuan. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab.


@peasey9 @herekikiis @ihsaniafsah @adilafataya @jesicahtg

27 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page