Insecurity atau perasaan tidak aman mungkin pernah Anda alami. Definisi kecantikan yang seakan digadang gadang oleh masyarakat terutama kaum adam menyebabkan ketidakpercayaan diri perempuan jika mereka tidak menyanggupi standar kecantikan pada umumnya. Innerbeauty seakan akan sudah koyak maknanya dan digantikan dengan outerbeauty yang wajib dimiliki oleh semua kaum hawa untuk mencapai eksistensi nya didunia. Ketika manusia hidup dalam keberagaman, kenapa harus ada generalisasi standar kecantikan di tengah keberagaman?

pic source : brilio.net
ZAP Beauty Index 2019 (survei online yang dilakukan oleh ZAP Clinic bersama MarkPlus Inc terhadap 6.460 responden perempuan usia 13-65 tahun di Indonesia — Gen X (45-65 tahun), Gen Y (23-44 tahun), dan Gen Z (13-22 tahun) sepanjang Juli-September 2019) menyebutkan bahwa 82,5% perempuan Indonesia mendefinisikan cantik sebagai memiliki kulit cerah yang bersinar. 46,7% responden juga mendefinisikan cantik dengan memperindah penampilan secara keseluruhan.
Semua wanita mempunyai kecantikan masing-masing. Wanita dikatakan cantik tidak harus nemiliki kulit putih mulus, rambut panjang berkilau, memiliki lesung pipi, body bak gitar spanyol, mempunyai suara menawan, dll. Tetapi cantik yang sesungguhnya itu berasal dari hati. Hati mu yang indah akan membawa pancaran keindahan dirimu juga. Bukankah hati itu merasakan bukan hanya melihat?!
Ketidakamanan (insecurity) bisa terjadi saat kamu malu, merasa bersalah, kekurangan, atau tak mampu. [1] Setiap wanita ingin mendapat gelar cantik. Kita akan merasa lebih dicintai jika ada yang memberi pujian terhadap kecantikan kita. Tetapi, cantik itu apa sih? Apa tolak ukurnya? Apakah cantik itu seperti iklan-iklan produk kecantikan yang selalu menampilkan perempuan tinggi, langsing, kulit putih mulus, rambut berkilau dan tampak sempurna setiap saat? Bagaimana jika secara fisik, kamu jauh dari sosok tersebut, apakah kamu akan tidak cantik?. Hal ini cukup menyedihkan. Ada jerawat hinggap, flek bermunculan, berat badan bertambah ataukah menyusut, serta kontras warna kulit yang menggelap dari biasanya merupakan hal yang wajar terjadi. Banyak wanita yang merasa tidak cantik dan insecure karena jauh dari standar cantik yang diberikan oleh banyak orang. Terutama denganomongan orang lain yang suka “tidak sadar” menjatuhkan mental orang lain seperti Ih kok jerawatan sekarang?” “Gila! Gendut banget lo!!” Atau “Iteman ya?” yang akhirnya menimbulkan sugesti lain mengenai cara memandang diri. Bahkan dalam banyak kasus wanita banyak menjadi korban rundungan oleh teman-temanya ketika perempuan tidak mampu mencapai definisi cantik yang diciptakan oleh stigma masyarakat, sehingga menyebabkan kesehatan mental korban terganggu yang berpengaruh pada tumbuh kembang dan masa depan individu.
Kontes kecantikan pada kenyataannya juga membentuk streotipe perempuan tentang makna cantik. Juara yang mendapatkan mahkota kemenangan secara tak langsung telah menginterpretasi tentang makna cantik itu sendiri. Ajang ini juga menjadi bentuk eksploitasi oleh kelompok kapitalis di mana perempuan dalam konteks ini dijadikan barang komersil dan dibuat sedemikian rupa sehinga menarik pemodal untuk mengambil kesempatan meraup untung sebesar-besarnya. Hal ini membuktikan bahwa perempuan hanya dijadikan sebagai ikon semata dalam kontes kecantikan, untuk memperkenalkan ke khalayak luas “beginilah tampilan cantik yang sesungguhnya”. Sehingga memunculkan pandangan-pandangan terhadap kaum feminis mengenai standar kecantikan dan pergeseran makna dalam memaknai kecantikan yang sesungguhnya, bukan hanya dinilai dari outer beauty tetapi juga inner beauty. Media secara tidak langsung memunculkan patokan standar kecantikan yang merupakan alat produksi utama untuk mendukung industri kapitalis. Media seperti majalah wanita yang memunculkan ikon-ikon model dengan maksud memberi standar kecantikan terhadap pembaca, dan berbagai media lain yang memunculkan hal serupa. Melalui standarisasi perempuan ini dapat menyebabkan ketidak percayaan diri, sebab mereka tak sesuai dengan standar kecantikan yang telah dibuat oleh kelompok kapitalis. Dan demi mendapatkan keuntungan kapital dari ketidak puasan konsumen, akhirnya secara tidak langsung perempuan-perempuan ini terjaring dalam industri kapitalisasi yang dibuat agar mereka memenuhi standar kecantikan yang telah direncanakan melalui ikon yang dijadikan dimensi tunggal kecantikan. Masing-masing mata memiliki konsep penilaian yang berbeda untuk memaknai sebuah makna kecantikan. [3].
Semua wanita mempunyai kecantikan masing-masing. Wanita dikatakan cantik tidak harus nemiliki kulit putih mulus, rambut panjang berkilau, memiliki lesung pipi, body bak gitar spanyol, mempunyai suara menawan, dll. Tetapi cantik yang sesungguhnya itu berasal dari hati. Hati mu yang indah akan membawa pancaran keindahan dirimu juga. Bukankah hati itu merasakan bukan hanya melihat [2]. Ketika kamu mensyukuri apapun yang ada di hidup kamu dan memperlakukan orang lain dengan semestinya merupakan cantik sesungguhnya.Sehingga apa yang kamu lakukan, setiap kebaikan yang kamu sebarkan akan membuatkamu cantik malahsangat cantik. Dengan terus melakukan hal positif yang bermanfaat untuk orang lain walaupun hanya sedikit, itu akan membuat aura kecantikan kamu terpancar. Kamu akan jauh lebih bahagia dan orang lain tentu saja akan merasa senang disekeliling mu.
Tidak akan pernah ada parameter khusus untuk menetapkan seorang wanita sudah dalam kriteria cantik, karena kecantikan tidak akan bisa diukur berdasarkan standarisasi yang diberlakukan oleh golongan tertentu. Sebagai perempuan masa kini jangan sampai terbawa arus terlalu dalam yang selalu mengikuti perkembangan kapitalisme, jadilah wanita yang sadar akan pembodohan, sehingga kaum feminis tak lagi menjadi objek eksplorasi demi keuntungan kapital. [3].
[1]https://www.google.co.id/amp/s/beritagar.id/artikel-amp/gaya-hidup/mengapa-orang-merasa-insecure (Diakses pada 08 Mei 2020, 12:50 WIB)
[2]https://rislah.com/semua-perempuan-itu-cantik-kecantikanmu-akan-semakin-terpancar-luar-dalam/ (Diakses pada 08 Mei 2020, 13: 20 WIB)
@peasey9 @herekikiis @ihsaniafsah @adilafataya @jesicahtg
Comments