Kesetaraan gender memiliki tujuan untuk menyetarakan derajat laki-laki dan perempuan dalam banyak hal. Karena wanita dan pria pada hakikatnya adalah berbeda tetapi setara. Tetapi realitanya masih ada masyarakat beranggapan bahwa wanita itu selalu dianggap menjadi warga kelas dua.

pic source : www.jawapos.com
Kesetaraan gender sering digemakan oleh aktivis sosial, kaum perempuan, hingga politikus Indonesia tetapi pada praktiknya masih saja tak sesuai dengan harapan yang ada.
Melekatnya budaya patriaki pada masyarakat Indonesia, menyebabkan beberapa suku dan budaya lebih mengutamakan laki-laki di banyak hal. Walaupun kasus ketidaksetaraan gender di masyarakat tidak ekstrim seperti di masa lalu.[1]. Kesetaraan gender sering digemakan oleh aktivis sosial, kaum perempuan, hingga politikus Indonesia tetapi pada praktiknya masih saja tak sesuai dengan harapan yang ada.
Tunggal Pawestri sendiri sudah lama dikenal sebagai aktivis sekaligus konsultan gender dan HAM. Perempuan kelahiran 26 Januari 1976 ini cukup vokal merespon isu-isu perempuan melalui media sosial dan menyerukan hak-hak perempuan melalui riset dan kritik yang ia lakukan.[2]. Aktivisme sosial telah menjadi kesehariannya, telah bergulir sejak 20 tahun lamanya, tepatnya saat Presiden Soeharto lengser dari jabatannya. Tunggal memutuskan untuk masuk Partai Rakyat Demokratik (PRD). Di organisasi PRD terkenal dengan basis anak muda yang radikal, punya cara pandang baru dalam melihat banyak hal dan saya ditempa dengan berbagai pengetahuan dan ilmu dan cara pandang baru untuk melihat persoalan atau fenomena sosial termasuk melihat persoalan perempuan. Tapi karena saya tidak aktif lagi di partai, namun saya tetap masuk ke pekerjaan- pekerjaan riset yang berhubungan dengan kelompok masyarakat yang termarjinalkan khususnya perempuan.[3].
Ketertarikan mendalami isu perempuan ini yang akhirnya membuat Tunggul mendirikan Yayasan Sekar, lembaga yang diarahkan pada permberdayaan buruh dan mahasiswa di Yogyakarta pada tahun 2002. Perempuan yang pernah maju dalam caleg DPRD Yogyakarta ini pun akhirnya bekerja di salah satu Non Goverment Organization (NGO) HIVOS untuk wilayah AsiaTenggara dan dipercaya sebagai program development manager membuatnya berkesempatan untuk menangani isu pemberdayaan perempuan, hak-hak seksual, dan keberagaman gender tidak hanya di Indonesia saja, tapi di beberapa negara lain Asia Tenggara.[4]. Tunggal Pawestri bersama beberapa kawannya berjuang untuk membongkar stigma seksime melalui gerakan yang bernama Panel Laki. Ia membuat akun media sosial di Twitter dan Instagram. Akun ini untuk mendokumentasikan mengenai lawan seksisme. Konten yang diunggahnya kebanyakan e-poster, brosur atau screenshot seminar dan diskusi di Indonesia yang panelisnya laki-laki semua. Panel laki mendapat respon positif dari sejumlah kalangan Indonesia. [5]. Tunggal Pawestri juga menulis jurnal berjudul “Bukan Salah Korban Perkosaan”. Selain sebagai aktivis, Tunggal Pawestri juga pernah memproduseri film The Fox Exploits The Tiger’s Might (2015), Kisah Cinta yang Asu (2015) dan Following Diana (2015). Film The Fox Exploits The Tiger’s Might berhasil meloloskan diri ke ajang film dunia sekelas Cannes dalam kategori Critic’s Week dan film Indonesia pertama yang berhasil lolos di Cannes setelah dua puluh lima tahun terakhir. [6.]
Kesetaraan gender telah menghalangi peran perempuan di dalam kehidupan sosial tapi pada hakikatnya Tuhan menciptakan perempuan dan laki-laki sederajat. Tetapi masih ada kesenjangan di dalam lingkungan masyarakat seperti seksime. Misalnya perempuan lebih cocok menjadi ibu rumah tangga daripada bekerja, mengatur cara wanita berpakaian agar tidak mengundang nafsu laki-laki yang menyebabkan korban jadi pelecehan seksual padahal banyak kasus juga perempuan dengan busana tertutup juga rentan mengalami pelecehan seksual. Dan kita sebagai perempuan sudah sepatutnya berani melawan stigma seksisme yang ada, tentunya perjuangan ini tidak bisa hanya dilakukan oleh satu orang tetapi mari bersama bahu-membahu demi terciptanya tatanan masyarakat yang setara dan aman.
[1]https://www.idntimes.com/life/women/amp/faiz-zaki/6-bentuk-kesetaraan-gender-bagi- perempuan-apa-saja-c1c2-1 (Diakses pada Jumat, 24 April 2020 pukul 01.57 WIB)
[2]https://www.kenangan.com/ceritainspirasi/tunggal-pawestri-dalam-perjuangan-isu- kesetaraan-gender (Diakses pada Jumat, 24 April pukul 02.15 WIB)
[3]https://m.kumparan.com/amp/kumparan-style/berkenalan-dengan-aktivis-dan-konsultan- gender-tunggal-pawestri-1quW38lH9wt (Diakses pada Jumat, 24 April 2020 pukul 02.24 WIB)
[4]https://www.kenangan.com/ceritainspirasi/tunggal-pawestri-dalam-perjuangan-isu- kesetaraan-gender (Diakses pada Jumat, 24 April pukul 02.15 WIB)
[5]https://.amp.rappler.com/indonesia/ayo-indonesia/190778-keadilan-gender-panel-laki (Diakses pada Jumat, 24 April 2020 pukul 03.06 WIB)
[6]https://sinematografi.ui.ac.id/the-fox-exploits-the-tigers-might-sebuah-sajian-cerdas-dan- berani/ (Diakses pada Jumat, 24 April 2020 pukul 08.42 WIB)
@lidianatasyaa @yunda.annisa @milkaginting
Comments